Senin,
18 April 2016 – Tengah Malam –
Tengah
malam dalam ingatan
Kakak
datang bertandang
Membawa
sepucuk kata dan segenggam kekuatan
Tentang
pesan
Tentang
harapan dari langit
Ia
tersenyum, memandang penuh cerita
Menghapus
bayangan maut di balik takdir
Untukku
Hanya
untukku
Hal
yang paling menyedihkan adalah ketika aku terbangun dari tidur setelah
memimpikanmu, kakak. Seperti malam ini.
Malam
ini, entah pukul berapa, aku bermimpi tentangmu. Mimpi malam ini sangat berbeda
dari biasanya. Malam ini untuk pertama kalinya kau bercakap dan memegang
tanganku dari sekian kalinya kita bertemu dalam mimpi. Rasanya sangat nyata,
sungguh nyata! Tetapi ketika aku terbangun kembali, ternyata semua itu hanya
mimpi. Nyatanya hanya aku yang berbaring di sini, melanjutkan tangis yang
kubawa dari mimpi itu.
Tetapi
bagiku, ini mimpi indah. Ku harap akan terus terjadi, karena hanya dalam mimpi
kita bisa mengulang cerita, hanya melalui mimpi kita dapat berjumpa.
Rasanya
begitu nyata kakak. Bahkan dalam mimpi pun aku tak percaya karena suasana
kehadiranmu begitu asing kurasakan. Tetapi rasanya sungguh nyata! Kau ada di
sini di antara kami, terbangun di seperempat malam untuk mendirikan salat
tahajjud. Kau tersenyum sambil menautkan jari-jari tanganmu di jari-jari
tanganku, dan hari itu adalah hari wisudaku.
Tetapi
perihal kematianmu tak pernah menjauh dari ingatanku, meskipun itu dalam mimpi.
Dalam kesedihan yang mengundang air mata serta kekhawatiran yang membalut,
dalam mimpi itu, aku bahkan bertanya,
“Kakak,
apa kau benar-benar hidup kembali?”
“Apa
kau sudah sembuh?”
Kau menjawab
dengan bijaksana,
“Semua itu biar Allah yang menentukan.
Jangan terlalu difikirkan.” Itu yang kau katakan.
Kemudian aku menatapmu yang melangkah,
sembari menyimpan kesedihan dalam hati, khawatir kalau-kalau kau akan pergi
lagi. Sudah. Selesai. Karena setelah itu aku pun terbangun dari tidur.
Kehidupan indah itu buyar begitu saja, menyisakan tangis tengah malamku.
Aku merenungkan makna perkataanmu yang
pertama kali kudengar sejak kematianmu itu, mungkin melalui mimpi ini kau ingin
berpesan agar aku tidak usah khawatir lagi. Bagaimana mungkin aku tidak
khawatir kakak, banyak hal yang belum membaik, sementara aku belum memiliki
apa-apa dan belum mampu meneruskan mimpimu untuk membahagiakan Ayah dan Ibu,
bahkan mengurangi peluh yang menetes di dahi mereka pun aku belum bisa. Mereka
masih berkerja lelah seperti biasa kakak, dan itu membuat hatiku pilu.
Terima kasih kakak untuk mimpi indah
malam ini. Sering-sering lah datang untuk menasihatiku, untuk tersenyum
kepadaku dan memegang tanganku. Dengan begitu, aku tidak akan merasa sendiri.
Kau tahu kakak, sepeninggalmu, dunia semakin keras.
Aku menunggumu untuk datang kembali di
kesempatan berikutnya. Aku menunggumu untuk hidup kembali.
Tertanda,
Aku,
adikmu.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar